Bab
1
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Pada
dasarnya bahasa lahir seiring dengan
lahirnya manusia. Kehadiran manusia di dunia sudah sangat lama.
Dalam studi bahasa, orang beramsumsi bahwa manusia telah mengenal bahasa sejak masa
lalu. Karena bahasa merupakan simbol yang membedakan manusia dari segala jenis
ciptaan Allah yang lainnya. Bahasa merupakan sebuah sistem yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam ilmu
bahasa/linguistik, yang dimaksud oleh bahasa adalah system tanda bunyi yang
disepakati untuk dipergunakan oleh para
kelompok masyarakat Tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan
berindentifikasi diri.
Bahasa dalam keadaannya bersifat abstrak, karena tidak bias
langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan
buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam
bentuk tindak atau tingka tutur individual (individual act of speech).
Dapat disimpulkan wujud bahasa ialah bahasa lisan[1].
namun, setiap bahasa memiliki struktur yang beragam dalam berbagai aspek,
terutama dalam rumusan, kaidah-kaidah yang terbangun dan bahkan sampai historis
terbentukanya sebuah bahasa tersebut. apakah bahasa tersebut terambil dari
sebuah letak geografis atau etnik yang
bersangkutan, asumsi-asumsi tersebut hingga sekarang masih sering di
pertanyakan para peneliti bahasa yang bersifat universal.
Begitu pula bahasa Semit, ia
merupakan bahasa yang muncul dari kaum sammiyah sejarah mengatakan bahasa ini
merupakan bahasa yang menghasilkan atau melahirkan beberapa bahasa mungkin ini
di sebabkan karna, bangsa ini berpencar
keberbagai wilayah. Dari sinilah penulis akan mencoba membahas tentang sekilas
bahasa Semit yang kemudian melahirkan bahasa Arab.
b.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
Untuk
memudahkan makalah ini maka penulis akan memaparkan beberapa permasalahan yang
layak menjadi pertanyaan dan kemudian
akan di jelaskan yaitu sebagai berikut:
1.
Sekilas tentang historis
bahasa semit?
2.
Bagaimana hadirnya bahasa Arab
yang merupakan rumpun bahasa Semit ?
Bab 2
Pembahasan
A.
Sekilas Bahasa Semit
Bahasa Semit
merupakan sebuah kelompok bahasa yang dipertuturkan oleh lebih dari 200 juta
jiwa, terutama di Timur Tengah, Afrika Utara
dan Afrika Timur. Rumpun ini merupakan cabang dari rumpun timur laut bahasa
Afro-Asia dan merupakan satu-satunya cabang yang juga dipertuturkan
di Asia.
Bahasa Semit
yang paling luas dan paling banyak dipertuturkan adalah bahasa Arab
(206 juta), bahasa Amhar (27 juta), bahasa Ibrani
(7 juta), dan bahasa Tigrinya (6,8 juta). Bahasa-bahasa Semit
termasuk bahasa-bahasa yang sudah awal dituliskan dengan bahasa
Akkadia pada awal millennium ketiga SM (sebelum Masehi).
Sebelum sampai pada
pengertian bahasa Semit, saya akan mengutip sebuah perkataan Ibnu Katsir yang
mengatakan bahwa seluruh bani adam di bumi berasal dari 3 anak Nabi Nuh As yang
tersisa yakni Yafits, Sam dan Ham (adapun Kan’an meninggal dalam bahtera
banjir). Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Sam adalah bapak orang Arab, Ham adalah bapak orang Habsyi, dan Yafits adalah
bapak orang Romawi.[2]”
Yang dimaksud dengan bangsa Semit adalah bangsa yang
merupakan keturunan Sam bin Nuh As. Ada beberapa teori yang menjelaskan
asal-usul bangsa Semit, di antara sebagai berikut:[3]
1.
teori Afrika
Teori Afrika
ini dikemukakan oleh Theodor Noldeke. Ia mengatakan bahwa “ Keserumpunan Bangsa
Semit dan Bangsa Hemit menunjukkan bahwa kawasan asal Bangsa Semit adalah
Afrika ”. Bangsa Hemit adalah penduduk asli Afrika.
Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
2 teori Armenia
teori ini
dikemukakan oleh seorang peneliti dari Perancis yang bernama Ernest Renan.
Bersama pendukungnya ia mengatakan bahwa
bangsa Semit datang dari tempat-tempat tertentu dari
bangsa Armenia. Pendapat ini bersumber dari Genesis. Ia juga mengatakan bahwa
bahasa semit berasal dari kawasan Armenia. Ia mendasarkan teorinya pada isi
Kitab perjanjian Lama (Bible).
3.
Teori Babilonia
teori ini dikemukakan oleh
dua orang peneliti yang bernama Ignatius Guidi dan Frest Hummel. mereka
mengatakan dalam tulisannya yang diterbitkan tahun 1879 " Kawasan asal
bangsa semit adalah hilir sungai Eufrat yaitu lembah Daratan
Irak (Babilonia). mereka mendasarkan teorinya ini dengan ditemukannya kesamaan
sebagian besar nama-nama dan istilah dai Babilonia lebih dekat dengan Bahasa
Akkadia.
4.
Teori Arab.
Tokohnya
antara lain adalah Sprenger, de Goideh, Keitani, dan D. Moscati. Mereka
berpendapat bahwa Jazirah Arabia adalah buaian (tempat kelahiran) pertama
bangsa Semitik. Mereka menunjukkan bukti-bukti yang sangat kuat diantaranya:
Jika sejarah menyebutkan bahwa bangsa Semit hidup di luar Jazirah Arab, maka
pernyataan itu dapat diterima, akan tetapi mereka tinggal di sana setelah
berimigrasi dari Jazirah Arab. Karena dalam sejarah juga disebutkan bahwa
kawasan subur di antara duan sungai Tigris dan Eufrat selalu didatangi oleh
berbagai suku Badwi (nomaden) yang datang dari kawasan padang pasir Arab,
sampai akhirnya kawasan ini bahkan kawasan Asia Barat secara keseluruhan dan
juga kawasan Afrika Utara dipenuhi oleh sejumlah besar manusia yang kemudian
disebut dengan gelombang manusia Arab.
a. Pola imigrasi yang dilakukan oleh bangsa
Semit kuno adalah sama. Semua bukti sejarah
mengatakan bahwa mereka keluar dari Jazirah Arab menuju kawasan subur di
sekitar mereka. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Jazirah Arab merupakan
kawasan asal bangsa Semit.
b.
Sejarah menunjukkan bahwa sejak periode awal sejarah ummat manusia semua
kawasan di Timur tengah dihuni oleh bangsa bukan Semit, kecuali kawasan Jazirah
Arab. Sejarah tidak pernah menyebutkan bahwa bangsa Akkadia adalah penduduk
asli kawasan di antara Tigris dan Eufrat, tetapi sejarah menyebutkan bahwa
bangsa Akkadia adalah orang asing yang datang ke sana dan menaklukkan penduduk
asli yang dikenal dengan bangsa Sumeriy. Salah seorang Raja bangsa Semit di
Irak, yaitu Sarjun I (2600 SM) menulis dalam sebuah artefak yang menunjukkan
bahwa dia bersama keluarganya datang ke Irak dari kawasan Timur Jazirah Arab.
c. Para
arkeolog telah menemukan sejumlah artefak yang ditulis dengan bahasa Sumeriy
yang mengisyaratkan bahwa negara mereka selalu dalam keadaan bahaya oleh
serangan suku-suku Aribu yang datang dari kawasan Barat atau Barat Daya.
d.
Sejarah politik kuno menunjukkan bahwa penduduk padang pasir selalu berambisi
untuk menguasai kawasan subur dan menduduki perkotaan dan kawasan sekitar
wilayah mereka. Agar di sana mereka dapat hidup bercocok tanam dan bertani. Hal
inilah yang membuat mereka menyerang kerajaan-kerajaan di sekitar wilayah
mereka. Dan belum pernah ditemukan bukti sejarah yang mengatakan bahwa penduduk
kawasan subur dan perkotaan berimigrasi ke kawasan padang pasir yang tandus.
teori yang paling sering dijadikan rujukan adalah teori yang
menyebutkan bahwa bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Teori ini dikemukakan
oleh Esbiringer dkk. Mereka berpendapat bahwa Jazirah Arab merupakan
kawasan asal bangsa Semit. Dari sanalah mereka berpencar ke berbagai
kawasan sekitar yang lebih subur karna pada dasarnya bangsa ini selalu
berpindah-pindah (Nomaden) dan berperadaban seperti ke kawasan di antara dua
sungai Eufrat dan Tigris, Suria, Palestina, Etiopia, Afrika Utara, dan Mesir.
Di sanalah mereka kemudian mendirikan negara-negara dan kerajaan-kerajaan.
B. Rumpun Bahasa Semit
Bahasa-bahasa
Semitik secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik Barat. Bahasa-bahasa
Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan Semitik Barat Laut[4].
Sementara Bahasa Semitik Timur adalah bahasa
Akadia dengan dua cabangnya yaitu: bahasa Babilonia dan bahasa Asyiria. Bahasa
Semitik Timur ini sampai ke tangan kita dalam bentuk prasasti-prasasti yang
tertulis dengan tulisan paku di tanah kering. Prasasti terpenting antara lain
adalah prasasti yang di dalamnya ada tertulis hukum Hamurabi yang merupakan
aturan hukum paling tua di muka bumi. Wilayah tempat asal bahasa Semitik Timur
adalah negeri di antara dua sungai Dajlah dan Furat di Irak.
Sementara bahasa
Semitik Barat Laut terbagi kepada dua bahasa: Kan’aniyah dan Aramea. Yang
pertama (Kan’aniyah) terbagi menjadi Kan’aniyah Utara dan Kan’aniyah Selatan.
Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah dialek Kan’aniyah kuno,
dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km sebelah utara Latakia
pantai Siria. bahasa Kan’aniyah Selatan mencakup bahasa Ibrani, bahasa
Muabiyah, bahasa Finikiya, dan bahasa Eufritiya.
Bagian
kedua dari bahasa Semitik Barat Laut adalah bahasa al-Ārāmiyah. Di antara
dialek-dialek Ārāmiyah adalah apa yang dikenal dengan bahasa al-Mundā’iyah,
yaitu dialek sekelompok ahli makrifah Kristen yang hingga saat ini masih ditemukan
di selatan Irak. Dialek ini adalah dialek murni yang kata-kata dan strukturnya
tidak bercampur dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa lain. Dialek Ārāmiyah
yang paling penting adalah Siryāniyah
Bahasa
Semitik Barat Daya, yang mencakup dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa
Habasyah (Ethiopia). Habasyah adalah bahasa bangsa Semit yang keluar dari
bagian selatan jazirah Arabia ke negara-negara yang berhadapan dengannya yaitu
Habasyah, yang kemudian dijajahnya dan berasimilasi secara erat dengan penduduknya,
orang-orang Hāmiyyin.
Namun,
belum ada yang mengetahui kapan bangsa Semitik ini migrasi ke sana. Kuat dugaan
bahwa itu terjadi selama beberapa masa jauh sebelum kelahiran Nabi Isa as.
bahasa mereka dinamakan Ja’ziyah sebagai nisbah kepada nama bangsu kuno,
sebagaimana juga dinamakan dengan nama yang diambil sendiri oleh orang-orang
habasyah dari bahasa Yunani, yaitu “Ethiopia”.
Sedangkan
bahasa Arab terbagi menjadi dua: bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara.
Yang pertama, di kalangan linguis Arab dikenal dengan bahasa Himyariyah,
berasal dari Yaman dan selatan jazirah Arabia, terbagi menjadi dua dialek yaitu
Saba’iyah dan Ma’iniyah. Dari kedua dialek ini banyak prasasti yang sampai ke
tangan kita, berasal dari masa abad XII SM, dan abad VI M.
Sementara
bahasa Arab Utara adalah bahasa pertengahan jazirah Arabia dan bagian utaranya.
Bahasa inilah yang kita kenal dengan bahasa Arab fusha. Bahasa ini abadi karena
menjadi media tulis kitab suci Al-Qurān sehingga ia tersebar luas, bahkan
bahasa dunia yang paling luas tersebar ke mana-mana.
C.
Ciri-Ciri
Bahasa Rumpun Semit:[5]
1. Memiliki huruf-huruf ق ـ ع ـ ظ ـ ط خ ـ ح . Huruf-huruf tersebut terdapat pula dalam bahasa Jerman dan Yunani yang diambil dari bahasa Semit.
2. Pengucapan suatu kata dalam rumpun Semit ditentukan oleh harakat, sedangkan dalam bahasa Arian ditentukan oleh huruf-huruf yang berkedudukan seperti harakat/vokal.
3. Kata-kata turunan dalam bahasa Semit yang diambil dengan jalan isytiqaq/derivasi tetap teratur urutannya sesuai dengan asalnya meskipun telah mengalami penambahan, pengurangan atau perubahan bentuk.
4. Dalam bahasa Semit, tak ada kata majemuk yang sebenarnya yang terdiri dari dua kata kecuali sedikit sekali karena proses aneksi.
5. Bahasa Semit berbeda dengan bahasa Arian dalam menentukan gender untuk kata nama, kata ganti, dan dalam penyesuaian terhadap kata kerja yaitu cara pengaitan kata ganti dengan kata benda, dengan kata kerja maupun dengan partikel.
6. Kebanyakan kata asli Semit tersusun dari tiga huruf konsonan tanpa vokal. Sebagian lagi huruf yang ketiga berupa vokal atau huruf kedua didobelkan.
7. Arti umum dari sebagian kata kerja yang terdiri dari tiga huruf dari bahasa Semit berpangkal pada arti yang terkandung dalam dua huruf pertama, sedangkan huruf yang ketiga berfungsi sebagai pembantu bagi arti –arti turunan.
1. Memiliki huruf-huruf ق ـ ع ـ ظ ـ ط خ ـ ح . Huruf-huruf tersebut terdapat pula dalam bahasa Jerman dan Yunani yang diambil dari bahasa Semit.
2. Pengucapan suatu kata dalam rumpun Semit ditentukan oleh harakat, sedangkan dalam bahasa Arian ditentukan oleh huruf-huruf yang berkedudukan seperti harakat/vokal.
3. Kata-kata turunan dalam bahasa Semit yang diambil dengan jalan isytiqaq/derivasi tetap teratur urutannya sesuai dengan asalnya meskipun telah mengalami penambahan, pengurangan atau perubahan bentuk.
4. Dalam bahasa Semit, tak ada kata majemuk yang sebenarnya yang terdiri dari dua kata kecuali sedikit sekali karena proses aneksi.
5. Bahasa Semit berbeda dengan bahasa Arian dalam menentukan gender untuk kata nama, kata ganti, dan dalam penyesuaian terhadap kata kerja yaitu cara pengaitan kata ganti dengan kata benda, dengan kata kerja maupun dengan partikel.
6. Kebanyakan kata asli Semit tersusun dari tiga huruf konsonan tanpa vokal. Sebagian lagi huruf yang ketiga berupa vokal atau huruf kedua didobelkan.
7. Arti umum dari sebagian kata kerja yang terdiri dari tiga huruf dari bahasa Semit berpangkal pada arti yang terkandung dalam dua huruf pertama, sedangkan huruf yang ketiga berfungsi sebagai pembantu bagi arti –arti turunan.
3.
Perbedaan
di antara Bahasa Semit
Adapun
perbedaan di antara bahasa semit dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
sebagai berikut:[6]
a) Dari
Aspek Kaidah
Dari
aspek ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk, di antaranya:
1) Memakrifahkan
kata, di mana setiap bahasa dalam rumpun bahasa semit memiliki perbedaan dalam
memakrifahkan kata. Bahasa Arab menggunakan alif lam pada awal isim,
Bahasa Ibriya memakai ha pada awal isim, Bahasa Sabak menggunakan huruf nun
pada akhir kata, Bahasa Armenia menggunakan (ا )
pada akhir kata, Bahasa Syuria dan bahasa Habsy tidak terdapat cara
memakrifahkan secara mutlak.
2) Menentukan
tanda jamak. Bahasa Ibriya menggunakan huruf يم untuk muzakkar dan و dan ت untuk muannats al-salim, Bahasa Arab
menggunakan و dan ن ketika rafa`, ي
dan ن ketika nashab dan khafad untuk muzakkar,
dan ا dan ت untuk muannats al-salim dan bahasa
Armenia menggunakan ين.
b) Dari
Aspek Fonetik
Dari
aspek fonetik perbedaan itu dapat dilihat dalam beberapa bentuk di antaranya:
1) Bahasa
Arab yang memiliki huruf ذ, غ, ظ, dan ض yang
tidak terdapat dalam bahasa Ibriya.
2) Dua
fonetik Ibriya yaitu p ( ), dan v ( ) yang tidak
terdapat di dalam bahasa Arab.
3) Tidak
terdapat ع, ق, dan س dalam bahasa Babilonia.
4) Biasanya
apabila dalam bahasa Ibriya berbentuk س maka
dalam bahasa Arab dan Habsy berbentuk ش dan sebaliknya.
c) Tata
bahasa
Bahasa-bahasa Semit
selalu berubah (berinflaksi)
d) Kosakata
dan ketepatan
Bahasa-bahasa
semit memiliki banyak kosakata, dengan banyak kata untuk satu objek.
e) Sintaks,
gaya dan sastra
Dalam
bahasa-bahasa semit sintaks terdiri dari kesederhanaan artikulasi dan kejelasan
persepsi. Dalam bahasa arab kefasihan sering didefinisikan berdasarkan
ketepatan, ketelitian, atau kejelasan. Keringkasan ungkapan merupakan kebajikan
sastra dan memadatkan pengertian yang luas menjadi beberapa kata yang mudah
dipahami dan dihafal merupakan kekuatan khas dari semua produk semit.
f) Tidak
adanya kata gabungan
Bahasa-bahasa semit
hampir tidak dijumpai kata gabungan[7].
D. Bahasa Arab
Sebagai Rumpun Bahasa Semit
Tabir sejarah dan asal-usul bahasa Arab
dapat di lacak pada masa sebelum atau setelah kedatangan Islam, meliha aspek
historisnya ternyata bahasa Arab mempunyai persamaan dengan bahasa serumpun
dengannya yang dituturkan oleh orang-orang Ibri, Habasyi, Aramiyyah dan
selainnya. Bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa nasional yang masih
bertaham di seluruh dunia Arab yaitu: Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Maghribi,
Algeria, Arab Saudi dan selainnya. Titik tolak kemajuan dan perkembangan
pesatnya bahasa Arab ini bermula sejak diturunkannya Al-Qurān dalam bahasa Arab yang merupakan
mukjizat yang paling agung di dunia ini. Maka dari itu itu, bahasa Arab secara
tidak langsung menjadi bahasa komunikasi seluruh umat Islam di dunia di samping
hadis Rasulullah s.a.w diabadikan dalam bahasa Arab. Semua aspek keilmuan Islam
dan penyebarabn dakwah islamiyah ke seluruh pelosok bumi ini, menggunakan
medium bahsa arab baik itu bahasa lisan maupun tulisan[8].
Sedangkan bahasa Arab terbagi menjadi
dua yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan
disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara.
Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang
bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM
sampai abad ke 6 M.
Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan
Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan
masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena Al-Qurān turun dan menggunakan bahasa ini.
Dilihat dari prespektif silsilah
keturunannya, para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan
tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti ʿĀd, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan
lain-lainnya.
2.
Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan
Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah.
3.
Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah.
Bab
3
Kesimpulan
1.
bahasa Semit adalah bahasa yang lahir dari kaum sammiyah
yang mana berasal dari anak nabi Nuh yaitu Sam bin Nuh.
2.
Dan adapun
rumpun Bahasa-bahasa Semit secara umum terbagi dua: Semitik Timur dan Semitik
Barat. Bahasa-bahasa Semitik Barat terbagai menjadi: Semitik Barat Daya dan
Semitik Barat Laut sedangkan bahasa semit timur melahirkan bahasa Akkadia yang
kemudian terbagi menjadi dua yaitu Babilonia dan Assiria.
3.
Adapun
perbedaan antara bahasa Semit dengan rumpun bahasanya:
g) Dari
Aspek Kaidah.
h) Dari
Aspek Fonetik
i)
Tata bahasa
j)
Kosakata dan
ketepatan
k) Sintaks,
gaya dan sastra
l)
Tidak adanya
kata gabungan.
Daftar
Pustaka
al-Tawwāb, Ramḍān Abdul. Fusūlun fī Fiqhu al-‘Arabiyah. Cet. V; al-Qāhirah: al-Khānijī, 1997.
al-Wafiy,
Abdul Ali al-Wahid. Fiqh al-Lughah. Kaherah: Dar al-Nahid, t. th.
Ulmann, Stephen. Semantics An Introduction to the Science of
Meaning. Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik, Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
htm.
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah Dunia Islam (c,d,e dan f).
http.
Downloads/asal-mula-bahasa-samiyah.html
[1] Stephen Ulmann, Semantics An Introduction to the Science of
Meaning, Diterjemahkan, Sumarsono, Pengantar Semantik (Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), h. 13.
[5]
file:///D:/makalah%20sekilas/Bahasa%20Semit%20_%20ONLYQURAN.htm
[7]http://warokakmaly.blogspot.com/2012/03/sejarah-bahasa-semit-dan-ciri-cirinya.html, Atlas Sejarah
Dunia Islam (c,d,e dan f).
masa sihhhh
BalasHapusSangat membantu
BalasHapus