Sabtu, 13 April 2013

asimilasi dalam bahasa arab


Bab 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun Bahasa Semit, yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa yang tinggal di sekitar Tigris atau Aufrat yaitu di daratan Jazirah Arab (Timur Tengah) dan daratan Syiria. Seperti bahasa Siryani, Finisia, Assyiria, Babilonia,  Ibrania dan Arabia.[1] Bahasa-bahasa yang masih hidup dalam rumpun ini adalah bahasa  Ibrani, bahasa Amhari dan bahasa lainnya yang digunakan  di Ethopia.  Arus dialek Aremia sebagian di gunakan di Syiria, Iraq dan Maltese. Sedangkan bahasa yang sudah punah dari kelompok ini adalah Ibrani Bible termasuk juga Akkadia.
Karekteristik bahasa Semit setiap kata memiliki memiliki dasar kata yang sebagian besar terdiri dari tiga konsonan, perubahan kata, Derivasi dan Infleksi di peroleh dengan cara:
1.      Perubahan interen kata
2.      Afiksasi (Proses penambahan afiks pada akar kata atau dasar)
Sebagaimana contoh, kata  سَلِمَ Yang artinya selamat dari kata ini diperoleh kata           سَلَّمَyang artinya memberikan      أَسْلَمَ Tunduk dan patuh. إِسْتَسْلَمَ  Tunduk, patuh dan menyerah سَلّامٌ damai مُسْلِمٌ  orang muslim.
Perubahan kata-kata seperti pada contoh di atas merupakan proses morfologis dalam bahasa Arab, namum proses perubahan tersebut itu dapat di analisis melalui Derivasi  Infleksi dan perubahan makna.
Seharusnya perubahan, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna dibicarakan dalam bidang morfofonologi. Dengan alasan jika memperhatikan morfofonologi maka dapat mengetahui bahwa bidang ilmu ini membahas tentang morfologi dan fonologi. Yang mana kedua ilmu ini memiliki hubungan yang sangat erat dan susah untuk dipisahkan.
Fonologi merupakan merupakan studi bunyi bahasa yang di tinjau dari fungsinya. Adapun studi bunyi bahasa dari sudut dan segi wujudnya di sebut fonetik.[2]
 Bahasa Arab juga memiliki ilmu bunyi yang disebut dengan ‘ilmu al-aswāt. Linguis Arab bernama Ibnu Jinni memberikan batasan bahasa yang erat kaitannya dengan bunyi sebagai unsur hakiki yaitu :
\Huwa aswātun yu’abbiru bihā kullu qawmin ‘an agridihim
‘Bunyi-bunyi yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk mengekspresikan keinginan mereka’.
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus terdapat pada asimilasi. maka dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang asimilasi khusunya dalam bahasa Arab, yang mana asimilasi itu sendiri adalah Asimilasi ialah proses perubahan bunyi karena pengaruh bunyi di sekitarnya. Dalam pemakaian terbatas, asimilasi dipergunakan untuk proses perubahan bunyi pada batas morfem sebagai akibat pengaruh bunyi disampingnya.







B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan makalah ini maka penulis akan memaparkan beberapa permasalahan yang layak menjadi pertanyaan dan  kemudian akan di jelaskan yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian asimilasi menurut para ahli linguis?
2.      Bagaimana asimilasi dalam bahasa Arab?











BAB 2
Pembahasan
A.    Pengertian Asimilasi
Dalam kajian ilmu al-as}wat istilah asimilasi biasa di sebut muma>sa\lah. Berikut akan dipaparkan beberapa devinisi asimilasi yang di kemukakan oleh para ahli:
1.      Menurut Laver, asimilasi adalah saling berpengaruhnya antar bunyi mengakibatkan ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dengan bunyi yang mempengaruhi.[3]
2.       Menurut umar  asimilasi adalah perubahan bunyi karna bersanding dengan bunyi yang lainnya.[4]
3.      Menurut iman sibawaihi asimilasi adalah peristiwa saling mempengaruhi antar bunyi satu dan lainnya yang berdampingan.
4.      Sedangkan menurut Augene A.  Nida asimilasi adalah proses dimana fonem-fonem di persamakan

Dari devinisi yang telah dikemukakan oleh para ahli linguis, dapat disimpulkan bahwa asimilisa adalah proses suatu bunyi mempengaruhi bunyi yang lain yang berdampingan sehingga bunyi yang dipengaruhi menjadi sama atau hampir sama dengan bunyi yang mempengaruhi.
Proses asimilasi itu terjadi akibat adanya kesamaan atau kemiripan dalam beberapa ciri antara bunyi yang mempengaruhi dan bunyi lain yang dipengaruhi. Kesamaan itu mungkin terletak pada cara artikulasi, daerah artikulasi, sifat bunyi, atau ciri- ciri fonetis lainnya. [5]
Menurut Abercrombie asimilasi dapat terjadi berdasarkan
tiga faktor:
1.      getaran pita suara
2.      pergerakan velum
3.      perpindahan daerah artikulasi
Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat mengakibatkan bunyi tak bersuara menjadi bersuara atau sebaliknya. Asimilasi yang melibatkan pergerakan velum akan mengakibatkan bunyi non-nasal menjadi berciri nasal. Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau daerah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah menjadi bunyi lain yang berdekatan daerah artikulasinya.
Dari segi bentuknya,  para linguis membagi proses asimilasi menjadi empat kemungkinan, yaitu:[6]

(1) konsonan berasimilasi dengan ciri-cirivokal
(2) vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
 (3) konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan
(4) vokal berasimilasi dengan ciri-ciri vokal.

Sebagai gejala fonologis, asimilasi bisa bersifat fonetis dan bisa fonemis. Verhaar mengatakan bahwa asimilasi fonetis tidak mengubah status fonem bunyi yang dipengaruhi, sedangkan asimilasi fonemis mengubah fonem tertentu menjadi fonem lain. Misalnya, dalam bahasa Belanda kata zakdoek sapu tangan kata majemuk yang terdiri atas zak kantong dan doek kain , [k] yang takbersuara itu berubah menjadi [g] bersuara karena pengaruh bunyi [d] pada kata doek. Kebetulan, dalam bahasa belanda [g] hanya merupakan alofon dari fonem /k/ saja dalam bahasa Belanda tidak ada fonem /g/. Karena itu, asimilasi dalam kata zakdoek [zakduk] merupakan asimilasi fonetis, sebab tidak ada perubahan fonem. Berbeda dengan contoh zakdoek tersebut adalah contoh dalam bahasa Belanda ik eet vis [ik etfis]. Pada contoh tersebut fonem /v/ pada kata vis berubah menjadi fonem homorgan yang tak bersuara /f/ karena pengaruh fonem sebelumnya yang takbersuara /t/ pada kata eet. Perubahan tersebut bersifat fonemis karena fonem /v/ dan /f/ merupakan dua fonem yang sama-sama ada dalam bahasa Belanda dan keduanya berpasangan minimal.[7]
Asimilasi dalam bahasa Arab tidak hanya dibahas oleh para linguis modern, melainkan juga para linguis tradisional seperti Sibawaih dan Ibnu jinni. Sibawaih dalam bukunya Al-Kita>b memang belum membahas asimilasi sebagai satu pokok bahasan tersendiri. Akan tetapi, dalam beberapa bahasan dia sering menyinggung istilah muda>ra’ah yang didefinisikannya dengan ta?atstsurul ashwa>til mutaja>wirati ba’diha> biba’din (proses saling mempengaruhi antara satu bunyi dan bunyi lainnya yang berdampingan).
Selain istilah muda>ra’ah ia juga menggunakan istilah taqri>b  dan idgha>m. Ibnu jinni juga menggunakan kata muda>ra’ah dan taqa>rub untuk peristiwa yang berkaitan dengan asimilasi. Menurutnya, muda>ra ah dan taqa>rub itu, sebagaimana terdapat di antara bunyi-bunyi konsonan juga terdapat di antara bunyi-bunyi vokal. Misalnya, fathah /a/ yang terpengaruh oleh ciri-ciri kasrah /i/.
Asimilasi sebagai salah satu proses morfonemis merupakan gejala umum yang terjadi pada bahasa-bahasa. Dalam bahasa Arab, asimilasi merupakan salah satu peristiwa bahasa yang dapat ditinjau secara morfologis dan fonologis. Oleh sebab itu, asimilasi dalam bahasa arab lebih tepat menjadi bahasan morfofonemik.
Pengertian tentang asimilasi yang dikemukan oleh para ahli linguistik di atas berlaku  juga untuk asimilasi dalam bahasa arab.
B.     Asimilasi Dalam Bahasa Arab
Pada dasarnya bahasa Arab dalam perkembangannya menjadi berbagai dialek mempunyai kecendrungan yang cukup besar terhadap peristiwa asimilasi.[8]
1. Asimilasi berdasarkan alur artikulasi
Berdasarkan urutan atau alur bunyi yang mempengaruhi asimilasi dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu
a. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya, seperti ازدهر berasal dari ازتهر , dimana bunyi tak bersuara /t/ merubah menjadi bersuara /d/ karena terpengaruh oleh sifat bunyi /z/ yang bersuara.
b. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sebelumnya, seperti ال+سلام menjadi السّلام dimana konsonan alveolar lateral /l/ dipengruhi oleh bunyi alveolar frikatif /s/. dalam hal ini syahin menegaskan bahwa asimilasi regresif dalam bahasa Arab lebih produktif dari asimilasi progresif.

2. Asimilasi berdasarkan kualitas pengaruhnya
Berdasarkan kualitas pengaruh suatu bunyi pada bunyi lain yang dipengaruhi asimilasi dalam bahasa arab dibagi menjadi dua, yaitu
a. Jika pengarunya menyeluruh, maka disebut asimilasi komplit, seperti من+ما menjadi ممّا dimana konsonan /n/ lebur menjadi /m/. asimilasi ini dalam bahsa arab disebut ادغام.
b. Jika pengaruhnya sebagian, maka disebut asimilasi parsial, seperti ان+قطع menjadi انقطع.
Umar mengemukakan bahwa asimilasi dalam bahasa Arab dapat ditinjau dari lima aspek, yaitu
a. Asimilasi berdasarkan alur pengaruh antar bunyi
b. Asimilasi lansung atau tidaknya bunyi yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
c. Asimilasi berdasarkan kualitas pengaruh antar bunyi.
d. Asimilasi berdasarkan sifat bunyi.
e. Asimilasi berdasarkan dairah atau cara artikulasi
3. Asimilasi pada al-ta’rif (ال)
para pakar fonologi bahasa Arab telah membagi al menjadi dua katagori, yakni ال الشمسية dan ال القمرية. ال الشمسية berlaku ketika bertemu dengan 13 fonem berikut yaitu: /ت/, /ث /, /د/, /ذ/, /ر/, /ز/, /س/, /ش/, /ص/, /ض/, /ط/, /ظ/, /ن/. Dan ال القمرية belaku ketika bertemu 15 fonem berikut: /ء/, /ب/, /ج/, /ح/, /خ/, /ع/, /غ/, /ف/, /ق/, /ك/, /ل/, /م/, /هـ/, /و/, /ي/. contoh ال الشمسيةyaitu: التّين، الثواب، الدّار، السّور، الزيت dan contoh ال القمرية yaitu: الجار، الخير, القلم.
4. Hubungan antara asimilasi dan  إدغام.
Abduttawwab  mengatakan bahwa antara asimilasi dan idga>m di samping ada beberapa kesamaan juga ada perbedaan. Persamaan dan perbedaan dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
1. آمنّا آمن+نا
2. ادتعى←ادّعى
3. اضتجع←اضطجع
Pada contoh kata آمنّا termasuk asimilasi, dan pada kata ادّعىmenurut Abduttawwab termasuk asimilasi dan idga>m, sedangkan pada contoh nomor tiga termasuk asimilasi.












Bab 3
Kesimpulan
1.      Pengertian  Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi. Bunyi  pertama terpengaruh oleh bunyi kedua.
2.       Adapun proses asimilasi dalam bahasa Arab  dalam perkembangannya menjadi berbagai dialek yang mempunyai kecendurungan besar terhadap peristiwa Asimilasi.
a.       Asimilasi berdasarkan alur artikulasi
b.      Asimilasi berdasarkan kualitas pengaruhnya
c.       Asimilasi pada al-ta’rif
d.      Hubungan antara asimilasi dan idga>m






Daftar pustaka
Anis.  Min Asra>ril Lughah Rahasia Bahasa . Cairo: Maktabah Anglo al- Mashriyyah, 1978.
Kentjono, Jhoko.  Tata Bunyi Bahasa Bagi Guru Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1984.
Laver. Principles of Phonetics . Cambridge: Cambridge University Press, 1994.
Muhdar, Yunus Ali. Sejarah Kesusutraan Arab (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.
Umar,  A. M.  Dira>satus Shautil Lughawiy Fonologi . Cairo: Alamul
Kutub, 1985.
Schane,. 1992. Fonologi Generatif ,  terj. Kentjanawati Gunawan ( Jakarta: Summer Institute of Linguistics-Indonesia 1992.
Verhaar,  Asas-asas Linguistik Umum  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996.






[1] Yunus Ali Muhdar, Sejarah Kesusutraan Arab (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), h. 12.
[2] Jhoko Kentjono, Tata Bunyi Bahasa Bagi Guru Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru BahasaDepartemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1984), h. 3.
[3] Laver. Principles of Phonetics (Cambridge: Cambridge University
Press, 1994), h. 3.
[4] A. M Umar,  Dira>satus Shautil Lughawiy Fonologi  (Cairo: Alamul
Kutub, 1985), h. 20.
[5] Ibid.,
[6] Schane,. 1992. Fonologi Generatif ,  terj. Kentjanawati Gunawan ( Jakarta: Summer Institute of Linguistics-Indonesia 1992), h. 51-53.
[7] Verhaar,  Asas-asas Linguistik Umum  (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996),h . 78-83.
[8] Anis Min Asra>ril Lughah Rahasia Bahasa . (Cairo: Maktabah Anglo al- Mashriyyah, 1978 ), h. 178-190.

1 komentar:

  1. assalamualaikum.
    bagus sekali isi tulisannya dan sangat bermanfaat.
    terima kasih

    BalasHapus